HMIPedia.id– Kornas Korp Pengader Nasional (KPN) PB HMI 2005-2007, Muhammad Kasman mengungkapkan, proses perkaderan Himpunan Mahasiswa Islam saat ini perlu berbenah dan mampu menjawab tantangan era disrupsi serta mampu menyiapkan kader HMI untuk menghadapi tantangan masa depan.
Dalam menjawab tantangan di masa mendatang, perkaderan HMI tentu perlu melakukan penyesuaian kebutuhan dan kemampuan adaptasi secara berkesinambungan.
“Perkaderan HMI harus menjawab tantangan, misalnya bagaimana menyiapkan kader HMI untuk 2045,” kata Kasman dalam live webinar yang diselenggarakan HMIPedia.id, Sabtu (13/2/2021) lalu.
Namun, kata Kasman, hal tersebut bisa dilakukan tentu dengan mempertimbangkan aspek tantangan baik internal maupun eksternal dengan melakukan riset.
“Sehingga berbasis data, termasuk data yang valid terkait dengan perubahan yang terjadi,” ucap Kasman.
Kasman menyinggung model perkaderan latihan yang lebih ke konten, misalnya dengan Khittah Perjuangan sebagai tafsir asas tentu masih memadai. Namun saat ini, ada lonjakan perubahan di era disrupsi.
“Materi perkaderan perlu ditambahkan dengan materi yang berkaitan dengan kebutuhan saat ini dan masa depan, seperti pemahaman terkait algoritma,” jelas Kasman.
Ia juga memaparkan pada sisi perkaderan, pemaknaan keliru lainnya terhadap perkaderan adalah perkaderan khususnya (LK I) selalu dianggap sebagai sebuah kewajiban. Sehingga ada kesan keterpaksaan bagi para mahasiswa Islam.
“Perkaderan LK I harus dimaknai sebagai sebuah ‘hak’ yang hakikatnya dapat diambil dan dapat pula tidak,” tutur Kasman.
Selain itu, Korps Pengader sebagai salah satu elemen terpenting dalam mengawal perkaderan akhir-akhir ini masih memiliki beragam kekurangan.
“Misalnya KPC di berbagai daerah masih belum merata sehingga sangat berpengaruh besar terhadap stabilitas dan kualitas output perkaderan,” urainya.
Olehnya itu Kasman menegaskan, perkaderan HMI perlu mempertimbangkan aspek riset terkait dengan kebutuhan perkaderan.
“Perkaderan juga harus dilakukan dengan orientasi kebutuhan akan masa yang akan datang dan para pengader serta fungsionaris HMI harus mendesain konsep HMI seperti apa yang ingin diciptakan di masa depan,” kata Kasman.
Tentu untuk mendesain perkaderan yang ideal dibutuhkan riset sebagai dasar pertimbangan dalam merumuskan pola perkaderan yang menarik tanpa kehilangan nilai-nilai subtansialnya. Riset yang ada dilakukan salah satunya dengan melihat basis massa di tataran akar rumput (kampus-kampus).
Senada dengan itu, Kornas KPN 2018-2020, Muhammad Khutub dalam kesempatan live webinar tersebut mengungkapkan, bahwa perkaderan HMI saat ini perlu dikemas dengan mempertimbangkan aspek minat dan bakat mahasiswa.
“Misalnya perkaderan (LK I) yang dikemas dengan mengakomodir minat dan bakat calon kader. Untuk itu diperlukan variasi dalam rekrutmen kader. Variasi rekrutmen yang dimaksud misalnya dengan membuat komunitas-komunitas kecil sehingga diharapkan dapat menjadi jalur alternatif dalam merekrut kader,” tutur Khutub.
Terakhir, kata Khutub, konstitusi harus dipahami secara seragam sehingga tiap cabang punya satu panduan dalam menjalankan organisasi seperti dalam memanajemen dan mengola perkaderan. Misalnya dalam hal menafsirkan Khittah Perjuangan. Kader-kader HMI mestinya mempunyai alat dalam membaca serta memahami Khittah Perjuangan.
“Terlepas dalam hal teknisnya, tiap cabang tetap memiliki karakternya masing-masing,” tutup Khutub.